Movie Review - LONG LONG TIME AGO (我们的故事 ) - PART 1 & 2

Judul Film        : Long Long Time Ago - Part 1 & 2
Sutradara          : Jack Neo
Pemeran           : Aileen Tan, Mark Lee, Wang Lei, Suhaimi Yusof, Ryan Lian
Tanggal tayang : 31 Maret 2016 (Part 1) dan 9 Juni 2016 (Part 2)

Dalam dunia perfilman Singapura, nama Jack Neo sudah menjadi jaminan mutu karya sebuah produk hiburan. Kreasi aktor, Pembawa Acara, Komedian, dan Sutradara asal Singapura - yang bernama asli Liang Zhi Qiang - ini selalu dinanti oleh banyak penonton, baik acara televisi maupun film layar lebar. Khususnya film layar lebar, dari data yang saya peroleh, hampir semua film yang diperani dan disutradarai Jack Neo pasti adalah film box-office.

Film-film Jack Neo kesemuanya adalah film drama-komedi yang selalu memotret realita kehidupan keseharian masyarakat Singapura. Tema yang diangkatnya selalu tentang masalah sosial yang dipaparkan dengan gaya yang sangat kocak, sekaligus menyentil dengan cerdas. Tidak heran, semua filmnya sangat mudah diterima oleh semua lapisan masyarakat Singapura.

Di awal tahun ini, Jack Neo merilis film Long Long Time Ago. Film ini dibuat sebagai peringatan 50 tahun Kemerdekaan Singapura dan menceritakan tentang proses perkembangan negara Singapura pasca kemerdekaan dari penjajahan Inggris tahun 1965 hingga pertumbuhan perekonomiannya yang pesat di akhir dekade 1970-an. Karena panjangnya cerita yang diangkat, maka film ini dirilis dalam 2 seri. Agar tidak terlihat sebagai sebuah "film sejarah" yang membosankan, Jack Neo mengemas film berdurasi total 230 menit tersebut menjadi sebuah cerita drama dari sudut pandang sebuah keluarga yang tinggal di kampung.

Pada tahun 1965, Lim Zhao Di (diperani Aileen Tan) adalah seorang istri beranak perempuan 3 yang barusan ditinggal mati suaminya. Nasibnya cukup malang. Karena menjadi istri kedua, maka ketika suaminya meninggal, dia diusir oleh istri pertama dari rumah. Tanpa uang sepeserpun dan tidak tahu harus ke mana, Zhao Di yang sedang hamil tua kemudian mengajak ketiga anak perempuannya tersebut untuk tinggal di rumah orang tuanya yang terletak di kampung.

Kampung tempat orang tua Zhao Di tinggal adalah kampung yang masih kolot dan masih percaya dengan hal mistis. Bahkan gara-gara tanggal lahir ayah dan ibu Zhao Di dianggap tidak cocok, Zhao Di tidak boleh memanggil ayahnya dengan sebutan "Ayah" atau "Papa" tetapi "Paman Keempat".

Tiba di kampung, Zhao Di justru dianggap pembawa sial dan awalnya tidak diizinkan untuk tinggal di rumah orang tuanya itu. Namun setelah air ketuban kandungannya pecah, akhirnya Zhao Di dilarikan ke rumah sakit dan anak-anaknya diizinkan tinggal di rumah orang tua Zhado Di. Dia melahirkan sepasang anak kembar pada tanggal 6 Agustus 1965. Bersamaan dengan kelahiran sepasang anak itu, Singapura dan Malaysia - yang saat itu tergabung menjadi satu negara bernama Federasi Malaysia bersama Sabah dan Sarawak - di hari tersebut memutuskan untuk berpisah dan berdiri masing-masing.

Penderitaan Zhao Di belum berakhir. Paman Keempat merasa keberatan dengan kehadiran sepasang bayi tersebut, karena membuat kondisi perekonomian keluarga makin tidak baik. Zhao Di membantu keuangan keluarganya dengan Pencuci Pakaian serta berjualan susu kedelai bersama adik bungsunya, Lim Ah Hee (Benjamin Tan). Namun setelah Ah Hee dipukuli Ah Long (Ryan Lian), Ketua Preman Area 706 tempat Zhao Di berjualan kembang tahu dan susu kedelai, mau tidak mau Zhao Di menjual anak perempuannya yang masih bayi demi bisa menghidupi keluarganya.

Setelah Singapura resmi menyatakan kemerdekaannya tanggal 9 Agustus 1965, dimulailah kampanye calon legislatif untuk menduduki kursi pemerintahan. Dalam kampanye tersebut, People's Action Party (PAP; Partai Pergerakan Rakyat) memenangi Pemilu. Sejak itulah perubahan perekonomian di Singapura mulai terjadi. Pemerintah menata kedai yang berjualan di pinggir jalan menjadi lebih baik dan bersih. Hal ini juga dirasakan oleh Zhao Di dan keluarganya yang berjualan sayur dan kembang tahu karena bisa berjualan di pasar yang bersih, tanpa kuatir dikejar-kejar aparat maupun diganggu para preman.

Namun kenyamanan hidup keluarga Zhao Di terganggu oleh kejadian pertikaian Suku Tionghua dan Suku Melayu tanggal 13 Mei 1969. Akibat pertikaian itu, keluarga Zhao Di nyaris menjadi korban Suku Melayu yang membenci Suku Tionghua. Beruntung Zhao Di bersahabat baik dengan Osman (Suhaimi Yusof), penjual nasi yang juga tetangganya. Bersama Osman, Zhao Di menjalin persahabatan dan kerja sama dengan antar kedua suku yang bertikai, sehingga hubungan harmonis antara Suku Tionghoa dan Suku Melayu terjalin lagi.

Seri pertama film ini diakhiri dengan terjadinya banjir besar yang menghantam Singapura tanggal 10 Desember 1969. Banjir tersebut akhirnya memaksa Keluarga Zhao Di untuk mengungsi dan meninggalkan kampung mereka.

Seri kedua film ini melanjutkan cerita dari seri pertama. Pasca bencana banjir hebat yang melanda Singapura, Zhao Di dan keluarganya kembali ke kampung dan mencoba membenahi rumah mereka yang nyaris habis terendam banjir.

Sementara itu, perekonomian Singapura semakin membaik. Hal ini juga mengubah gaya hidup masyarakat Singapura yang mulai konsumtif dan meniru dunia barat. Osman yang masih berpikiran konservatif, tidak bisa menerima saat mengetahui anaknya, Ahmad (Mastura Ahmad), bergabung dengan teman-temannya bermain musik rock. Kuatir Ahmad terpengaruh hal negatif dari musik cadas itu, Osman melarang anaknya bermain musik itu. Hal ini membuat ayah dan anak itu bersitegang, dan Ahmad kabur dari rumah.

Pada tahun 1977, Pemerintah berniat melakukan reklamasi tanah dengan membeli tanah penduduk di kampung untuk dibangun apartemen dan rumah susun. Sebagai anak sulung dari keluarganya, Zhao Di mendapatkan hak penggantian kompensasi dari pemerintah. Tetapi adiknya, Lim Ah Kun (Mark Lee), berusaha menguasai uang kompensasi itu dan menuduh kakaknya menjalin hubungan khusus dengan Ah Long yang saat itu sudah menjadi Mantan Preman Area 706. Di waktu bersamaan, kondsi kesehatan Zhao Di sedang sangat kritis. Namun demi adiknya, dia akhirnya mengalah.

Film yang dibuat dengan dana US$ 5 juta (untuk total 2 film) berhasil meraup keuntungan total lebih dari US$ 7 juta. Sebuah prestasi yang cukup baik. Hal yang paling menarik dari film ini adalah keberadaan berbagai ras di film ini sebagai penggambaran keragaman masyarakat Singapura yang memang terdiri dari berbagai ras (Melayu, Tionghua, Tamil, dan India). Meski film ini mayoritas menggunakan bahasa Hokkien, namun Anda bisa mendengar pula berbagai bahasa asing lain (Teochew, Melayu, Mandarin, Inggris, dan India) sebagai simbol dari keragaman suku bangsa di Singapura.

Secara umum, film drama-komedi ini menyuguhkan cerita yang benar-benar menarik, khususnya tentang kehidupan masyarakat Singapura di masa tersebut. Semua adegan dibuat sedemikian alami, sehingga membawa penonton seolah-olah ikut terlibat di dalam film tersebut. Saya pribadi sangat menikmati film ini. Meski menceritakan tentang "sejarah" Negara Singapura, namun film ini menampilkannya dengan sangat ringan, tapi mengena.



DO YOU KNOW? 
Bagian paling fantastis dan dramatis dari film ini adalah rekonstruksi ulang banjir dasyat yang menenggalamkan Singapura tanggal 10 Desember 1969. Untuk membuat adegan ini agar tampak nyata, Jack Neo membangun sebuah kolam raksasa berukuran panjang 30 meter dan lebar 30 meter, dengan kedalaman 1.5 meter. Untuk menimbulkan efek nyata, khusus di bagian hujan dan banjir, Jack Neo menggunakan teknologi suara Auro-3D, yang merupakan teknologi format audio terbaru buatan Auro Technologies - Belgia, di mana mampu menghasilkan suara yang jauh lebih jernih dan bening.

Dalam mempersiapkan diri melakukan perannya sebagai Zhao Di, Aileen Tan - yang hanya bisa berbahasa Mandarin dan Inggris - belajar bahasa Hokkien dan Melayu. Dalam sebuah adegan, salah satu gigi depan Aileen patah. Jack Neo melihat hal itu dan meminta Aileen untuk membiarkan giginya yang patah itu, karena hal itu menimbulkan kesan yang kuat dan keras pada karakter Aileen. Di Seri Kedua Long Long Time Ago, Aileen menggunakan gigi palsu guna memerani karakter Zhao Di yang berusia 70 tahun.

Pada adegan Zhao Di menyelamatkan Ah Hee yang terjebak di dalam toilet, Jack Neo menghendaki adegan dibuat serealistis mungkin, agar penonton bisa melihat kondisi toilet Singapura di era 1960-an. Karena itu, dia menggunakan feses sungguhan yang disemprotkan ke bagian-bagian toilet. Anda bisa bayangkan bagaimana aroma toilet tersebut saat proses pengambilan adegan ini.

Untuk menimbulkan kesan realistis lainnya, Jack Neo juga meminta Aileen Tan untuk membiarkan bulu ketiaknya tumbuh dan terlihat melambai saat Aileen mengenakan pakaian tanpa lengan. Wanita Singapura berbulu ketiak tebal adalah hal lumrah yang banyak dijumpai di era tahun 1960-an, terutama wanita pekerja kasar di tambang batu bara.

Adegan di kampung dilakukan sepenuhnya di Kampung Cina Pusing yang terletak di Ipoh, Malaysia. Suasana kampung tersebut dibuat menyerupai Kampong Chai Chee di masa 1960-an. Sebagai info, Kampong Chai Chee adalah tempat di mana Jack Neo dilahirkan dan menjalani masa kecilnya. Kini Kampong Chai Chee - berada di wilayah Bedok, Singapura - telah menjadi komplek apartemen.

Shooting 2 seri Long Long Time Ago dilakukan selama 60 hari (Mei - Juli 2015).

Comments

  1. Film drama terbaik yg pernah saya nonton, membawa saya benar2 seperti ada di tahun 2 tersebut. Perlu diketahui masyarakat Indonesia tahun2 seperti saat itu jg demikian adanya, Dr hal takhayul sampe pola pikir kolot pun sama. Dijamin berlinang air mata jk di tonton para org tua yg kebetulan masa muda nya msh di tahun2 tersebut. Thx buat admin yg sdh ngasih informasi Dr sinopsis sampai proses behind The scene nya film ini. Saya beri nilai 90 utk film ini...

    ReplyDelete
  2. By The way, punya link downloads part 1 dan part 2 yg ada subtitle Indonesia nya gak mint...? Kalo ada mohon admint Sudi membagikan nya. #sangatberharap
    :V

    ReplyDelete
  3. Sdh ditayangkan di tv kabel indonesia ,, setuju.. salah satu film drama terbaik asia yg pernah sy tonton. Mengangkat cerita moral Yg bgs...

    ReplyDelete

Post a Comment